Jujur, tidak ada. Resolusi Tahun Baru selalu terlupakan dengan berjalannya waktu dan kesibukan sehari-hari tanpa pembantu. Bisa tetap sehat itu udah bersyukur banget.
Pengin back to writing novels, but I could not afford the time, energy, and focus. Kali harus lebih tidak berubah-ubah ide. Sekarang tahapnya masih otak penuh ide.
Pengin kurusan n kembali ke berat zaman belum punya anak juga impossible karena suami dan Papa itu berpedoman cinta = makanan. Mau dance/yoga, mood naik turun. Yang penting kalau encok sekarang keluarin matras yoga. Toh fasilitas sudah lengkap kecuali cermin super gede yang belum dapat vendor.
Baking/cooking skill juga sudah meningkat, thanks to Instagram, YouTube, and the Great British Bake Off, but I still lack of neatness, dan gak minat memaksakan diri untuk rapi. Aku dari SMP emang cuma suka masak/bikin kue dan rasanya hampir selalu enak, tetapi penampilan tergantung mood koki 👩🏻🍳.
Sebenarnya sih aku rada tertarik belajar grafologi, tetapi takut gak bisa konsen belajarnya. Ini tiap baca Hercule Poirot aja selalu kena gangguan anak. Mana 2 anak sering berantem hanya karena mau ngomong dulu sama Mama 😅
Jadi ingat obrolan sama Tante Jo, ntar anak SMP baru mamanya bisa mulai menekuni hal-hal yang tadinya belum sempat. Duh masih lama banget… Part time DBA juga perlu 5 tahun.
Personally, I am quite happy udah bisa manage untuk tidak PTSD tiap Natal. Thanks to the kids and Christmas with my parents. Koko doc & Tante Jo pasti senang (aku belum cerita analisisku). They were the only seniors who acknowledge my suffering and positively push me through. Not just sweeping them under the carpet. I just hope Christmas this year is getting better and better… All I want for Christmas is no PTSD.

Tag:BPNRamadan2021